Hari Keempat Belas

Bagi saya penulisan jurnal kali ini sedikit membingungkan; di satu sisi lebih mudah karena saya tidak perlu menulis tangan, tapi juga jauh lebih sulit dan menyebalkan karena saya baru menyadari hampir tidak punya waktu luang bahkan untuk menulis sesuatu di luar pekerjaan saya, terlebih tentang anak sendiri.

Seperti sebelumnya, menulis jurnal tentang Ara membuka ingatan-ingatan masa lalu dan melahirkan kekhawatiran baru tentang yang akan datang, memaksa saya (dalam konotasi baik) untuk memikirkan lagi banyak hal tentang peran saya sebagai ayah yang mungkin selama ini terlewat. Saya selalu percaya komunikasi adalah faktor penting dalam setiap relasi, termasuk relasi orangtua dan anak atau guru dan orangtua murid, dan saya berterima kasih telah diberikan kesempatan untuk memikirkan banyak hal serta membagikannya lewat medium yang relatif jarang saya gunakan.

Kami berdua selalu khawatir dan merasa asing dengan perasaan yang muncul setiap kali Ara akan memasuki lingkungan baru karena ini juga merupakan hal yang baru bagi kami sebagai orangtua, dan ternyata perasaan-perasaan tersebut cukup bisa diartikulasikan ketika saya menulis dan membagikannya.

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Hari Ketiga Belas

Ara adalah anak pertama sekaligus cucu pertama baik dari keluarga saya maupun Lika, bisa dibayangkan bagaimana kedua keluarga ini memanjakannya. Nenek dan Papap (orangtua Lika) yang tinggal bersama kami untuk membantu merawat dan menjaga Ara (karena kami berdua bekerja penuh waktu) juga menjadi variabel yang cukup berpengaruh dalam membentuk pola pengasuhan Ara.

Sejujurnya kami mulai sadar bahwa Ara kurang mandiri menjelang ia mulai masuk TK, kami sadar Ara akan sulit beradaptasi dengan lingkungannya apabila ia masih berpikir bahwa segala keinginannya harus dipenuhi dan segala kebutuhannya harus disediakan atau dibawakan oleh orang lain. Untungnya kami berdua sepakat akan masalah tersebut, sehingga kami cukup cepat dan tanggap dalam merumuskan dan mengambil langkah-langkah pola asuh yang diperlukan untuk mempersiapkan Ara agar lebih mandiri, tentunya masih dengan beberapa kekurangan di sana-sini.

Poin penting yang menurut saya mulai disadari oleh Ara adalah bahwa ia harus belajar untuk mendengarkan orang lain dan memperlakukan orang dengan semestinya apabila ia mau mendapatkan perlakuan yang sama. Kami juga masih meraba-raba dalam mencari pola asuh yang paling ideal, mencoba berbagai cara seperti punish and reward yang cukup rigid dan beberapa cara lain yang lebih fleksibel. Lika juga cukup disiplin mendorong Ara untuk melakukan beberapa hal sendiri, seperti makan, berpakaian dll.

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Hari Kedua Belas

Ara, aku nulis ini waktu kamu mau masuk SD. Kamu harus liat mukanya Ami waktu dia sadar kamu tiap hari makin tambah gede dan sekarang udah mau sekolah. Maaf ya kalau kami berdua suka galak atau ngga cukup sabar sama kamu, but this is such a hard times, Ami udah beberapa bulan ngga keluar rumah karena pandemi, aku justru lagi jarang pulang ke rumah karena kerjaanku di luar jadi nambah banyak. Aku tau itu bukan alasan, tapi aku berharap banget kamu bisa ngerti.

Tahun 2020 ini ajaib sih menurutku, semua kaya lewat gitu aja, tau-tau sekarang udah November, kamu udah bisa makan sendiri, pake baju sendiri dan mau masuk sekolah. Aku sama Ami saling bikin janji kita ngga akan terlalu protektif sama kamu, tapi aku ragu Ami bisa nepatin janjinya, haha.

Aku mau bilang sama kamu satu pelajaran penting yang aku dapet dari tahun yang ajaib ini; selama kita baik dan peduli sama orang, saling bantu dan saling jaga, pada akhirnya semua akan baik-baik saja. Jadi aku berharap banget kamu jadi dirimu sendiri di sekolahmu yang baru, karena aku tau persis kamu orang yang baik dan selalu peduli sama orang lain. Be kind, be nice, be considerate, speak up, and you’ll be fine. Aku tau karena aku belajar dari kamu.

Aga

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Hari Kesebelas

Ketika Ara bayi, saya lebih dulu paham tentang cara membersihkan hajat bayi karena saya berpengalaman membantu Ibu merawat ketiga adik saya. Ketika Ara sudah mulai bisa berkemih dan buang air besar sendiri, sepertinya kali ini ia tampak nyaman bertanya tentang segala prosesnya kepada saya karena kami sama-sama laki-laki. Hanya saja Ara memang cenderung sulit fokus dan mudah melupakan hal-hal yang menjadi tugasnya sehingga beberapa kali kami memergoki Ara menahan buang air besar atau tergesa-gesa setelah berkemih.

Lika selalu lebih rewel apabila menyangkut perkara kerapihan dan kebersihan, termasuk badan, dan karena Ara lebih banyak menghabiskan waktu dengan Lika di rumah saya mulai melihat kesadaran itu mulai berpengaruh ke Ara setahun belakangan, walaupun belum optimal. Saya berharap pelajaran tentang fungsi-fungsi anatomi tubuh serta etika kebersihan di tempat umum (seperti di sekolah) juga dapat membantu Ara memahami bagaimana organ-organ pencernaan berkerja serta pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan.

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Hari Kesepuluh

Tidak seperti tahun lalu, kali ini lebih mudah untuk mengajak Ara membaca buku. Selain Lika dengan sengaja mulai rutin membeli buku bacaan anak, Lika juga cukup disiplin mengajak Ara membaca buku, atau memancing Ara dengan membaca buku di rumah sehingga kemudian Ara akan mengambil bukunya sendiri dan ikut membaca.

Keinginan kami selanjutnya adalah agar Ara mulai minta dibelikan buku, tidak selalu hanya minta dibelikan mainan misalnya, seperti ketika saya kecil dulu. Orangtua tidak pernah membatasi apapun bacaan saya, komik sekalipun, apapun selama saya mengisi waktu dengan membaca. Saya tidak tahu apakah dengan disrupsi gadget dan internet seperti sekarang kebiasaan membeli dan membaca buku fisik masih dapat diajarkan dan relevan, saya tetap berharap Ara akan memiliki kebiasaan dan kesadaran membaca yang sama dengan saya.

Saya senang sekali dengan buku pilihan Lika yang dipinjamnya dari perpustakaan, selain mengajarkan tentang persahabatan dan relasi dengan lingkungan sosialnya, buku itu juga mengajarkan Ara tentang kebudayaan lain yang selama ini baru saya sadari jarang kami sentuh dan bicarakan.

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Hari Kesembilan

Hal pertama yang saya rasakan dan sadari ketika membaca entri-entri jurnal sebelumnya adalah betapa waktu yang saya berikan untuk Ara masih sangat kurang. Tentu cita-cita ideal saya adalah menjadi sosok ayah sekaligus sahabat yang selalu hadir dan menemani Ara bertumbuh, sekalipun mungkin belum bisa saya dapatkan sekarang.

Ara pernah menanyakan pekerjaan saya, mulai lah saya menjelaskan apa itu foto jurnalis, apa yang saya lakukan dan betapa saya mencintai pekerjaan ini. Beberapa bulan belakangan, ketika saya hendak berangkat kerja pertanyaan Ara berubah menjadi “Hari ini Aga mau motret apa? Ati-ati ya, nanti pulangnya kalau aku belum bobo cerita.” Sebagai ayah, sejujurnya saya merasa belajar dan mendapat lebih banyak hal dari Ara dibandingkan apa yang ia dapatkan dari saya. Selain itu saya merasa Lika adalah perempuan, pasangan hidup serta ibu yang luar biasa, saya tidak mungkin bertahan dan sampai sejauh ini menjalankan peran sebagai ayah (dan suami) jika bukan karena segala kesabaran dan kepercayaan darinya. Sebagai orangtua dengan anak pertama tentu kami membuat banyak kesalahan dan jauh dari sosok orangtua ideal, tapi kami saling percaya bahwa selama kami bertiga saling mencintai dan menjaga satu sama lain, kami akan tumbuh bersama menjadi orang yang lebih baik.

Saya pernah merasa gagal menjadi anak yang ideal, keyakinan yang pertama kali saya dapatkan ketika Ara lahir adalah saya tidak mau gagal menjadi ayah, dan salah satu jalan yang saya yakin harus ditempuh adalah dengan mengakui bahwa saya harus banyak belajar dan membiarkan Ara tumbuh dengan wajar.

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Hari Kedelapan

Hari ini Nenek memasak sup bihun, salah satu makanan kesukaan Ara. Saya tidak sempat makan di rumah karena harus liputan dari pagi. Lika bercerita Ara mulai sering minta diambilkan makanan kalau ia merasa lapar, sesuatu yang sebelumnya sangat jarang terjadi.

Sejujurnya saya tidak terlalu hapal pola makan Ara karena saya memang tidak terlalu sering di rumah, Lika biasanya berinisiatif menceritakan kegiatan Ara seharian tadi ketika saya pulang, biasanya termasuk makanan yang dimakan Ara hari ini. Lika juga mulai sering memasak dan Ara menyukainya karena seringkali menunya memang sesuai permintaannya, biasanya berupa olahan daging atau ikan.

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Hari Ketujuh

Lika meminjam buku berjudul Pasola dan Persahabatan, tadi malam kami membacanya bertiga ketika Ara mau tidur. Bukunya bercerita tentang anak Sumba yang bersahabat dengan seorang anak lain dan khawatir sebuah kompetisi ritual perang bernama Pasola akan merusak persahabatannya.

Yang pertama kali ditanyakan oleh Ara adalah arti Pasola dan Nyale, keduanya merupakan bahasa asli suku Sasak, membuat saya menjelaskan tentang dari mana kami berasal dan di mana letak Sumba serta sedikit tentang muasal ritual Pasola.

Saya dan Lika agak tergelitik dengan isi ceritanya karena pas sekali dengan situasi yang sedang dihadapi Ara saat ini, ia sedang berusaha memahami arti teman dan persahabatan. Saya yakin sekali Ara adalah anak baik, ia tidak pernah sengaja berniat menyakiti perasaan orang lain dan satu kelebihan yang ia miliki; Ara sangat pemaaf. Sebagai penghuni paling baru di lingkungan kami, Ara untuk pertama kalinya berinteraksi dengan banyak anak seumuran dan beberapa sedikit lebih tua. Beberapa hari belakangan Ara sering main ke luar rumah dan pulang sambil menangis, ia mengaku dibully. Saya selalu berusaha membiarkan Ara menceritakan dan memproses perasaannya sendiri, saya membiarkan ia menangis kalau sedang sedih, atau menyendiri di kamar tanpa diganggu kalau sedang marah. Setelah kejadian beberapa hari belakangan, ditambah setelah membaca buku ini, saya bilang ke Ara bahwa sekalipun saya selalu melarang untuk melawan secara fisik, saya mau ia juga bisa mengutarakan perasaannya kepada teman-temannya kalau ada perilaku mereka yang tidak bisa ia terima. Lika menambahkan bahwa teman-temannya bukanlah saya atau Lika yang selalu mau mengalah untuknya, punya teman itu baik, tapi Ara juga harus menjadi anak yang baik dan menyenangkan untuk dijadikan teman bermain.

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Hari Keenam

Beberapa bulan belakangan Ara seringkali meminta untuk makan sendiri, sekalipun masih dibantu untuk menyiapkan dan mengambil makanan dari meja makan. Hari ini kami meminta Ara untuk mencoba mengambil makanannya sendiri, Nenek memasak Selat Solo, berupa daging berkuah dan dimakan dengan kentang dan sayur potong seperti wortel dan buncis.

Seperti biasa, Ara melakukan berbagai hal dengan tangan kiri, termasuk ketika mengambil daging dan kuahnya dari mangkok ke piring. Selain masih terlihat canggung dalam menggunakan sendok secara presisi (agar tidak tumpah), Ara juga mengambil porsi makanan lebih banyak dari yang saya pikir bisa ia habiskan. Selama ini Ara jarang sekali menolak makan sayur, kali ini pun ia juga mengambil wortel dan buncis yang disediakan, walaupun tidak terlalu banyak.

Ara makan sendiri di mejanya menggunakan tangan kanan, hal yang selama ini selalu diajarkan dan diingatkan dengan intensif oleh Lika dan Nenek, selain kebiasaan berdoa sebelum makan yang saya tahu ia sudah menghapalnya dengan baik. Karena saya memiliki kebiasaan makan sambil membaca atau menonton film, sepertinya kebiasaan itu menurun ke Ara, ia makan sambil menonton tv.

Tebakan saya meleset, ternyata Ara bisa menghabiskan makanan yang diambilnya.

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Hari Kelima

Dari pertama kali mulai lancar berbicara, Ara cenderung lebih tertarik untuk berbicara dan bercerita tentang segala macam hal dibanding mendengarkan orang lain. Saya sadar betul hal tersebut tidak akan seterusnya berjalan tanpa konsekuensi, seringkali saya harus mengingatkan ia agar tidak memotong orang yang sedang berbicara, atau untuk sekadar diam dan mendengarkan orang lain. Saya merasa hal tersebut sedikit banyak berpengaruh dari tempat tinggal kami yang lama, di sana Ara tidak mempunyai teman sebaya, ia terbiasa bermain dengan saya, Lika atau adik-adik saya yang semuanya sudah dewasa dan hampir selalu mengiyakan dan menuruti kemauan Ara. Keadaan tersebut berangsur membaik ketika kami pindah ke lingkungan tempat tinggal yang sekarang dan Ara juga banyak berinteraksi dengan anak sebaya di lingkungan sekolah, pada akhirnya ia beradaptasi dan belajar untuk memahami social values yang berlaku di lingkungannya.

Ara punya ketertarikan lebih dengan segala hal yang berhubungan dengan kendaraan, selain itu ia juga punya rasa ingin tahu yang cukup besar. Kadang saya merasa Lika tidak cukup atau kurang spesifik dalam memberi penjelasan kepada Ara, sepertinya karena Lika adalah anak tunggal dan belum pernah berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan dari anak seumuran Ara. Sedangkan saya adalah anak sulung dari empat bersaudara dengan perbedaan umur yang cukup jauh, saya tumbuh besar dengan membantu Ibu merawat dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari ketiga adik saya.

Mengobrol adalah kegiatan paling sering kami lakukan bertiga, selain saya dan Lika memang sama-sama suka sekali mengobrol dan bercerita, kami percaya bahwa dengan mendengarkan dan tidak mengecilkan setiap gagasan atau apapun yang dibicarakan oleh Ara akan membuatnya tumbuh menjadi anak yang punya kepercayaan diri dan menghormati orang lain.

Posted in Uncategorized | Leave a comment